SIBOLGA MENJADI PILOT PROJECT PELUNCURAN E-MONEY BAGI RUMAH IBADAH

 

SIBOLGA – Kota Sibolga kembali mencatatkan sejarah, untuk pertama kalinya di Indonesia, kota kecil di Pantai Barat Provinsi Sumatera Utara (Sumut) yang berjuluk Negeri Berbilang Kaum dan Perekat Umat Beragama itu menjadi pilot project peluncuran e-money di seluruh rumah ibadah yang ada di Kota Sibolga.

Acara yang dilaksanakan di lapangan Yayasan Vihara Buddha Sibolga, Senin (24/8) kemarin, dihadiri Direktur Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara Subintoro, Kepala Divisi Program Elektronifikasi dan Keuangan Inklusif BI Jakarta Agustina Dharmayanti, Kepala Perwakilan BI Sibolga Mochamad Junaifin, Menteri Agama diwakili Muhammad Yunus dari Kantor Kementerian Agama Sumut, serta seluruh tokoh agama dan tokoh masyarakat di Kota Sibolga.

Pada kesempatan itu, Wali Kota Sibolga Syarfi Hutauruk mengungkapkan, dewasa ini, penggunaan uang elektronik (e-money) di masyarakat terus berkembang. Bahkan, seiring berjalannya waktu, budaya less cash society atau era sistim pembayaran tanpa uang tunai cenderung mengalami tren peningkatan. “Hal itu terlihat dari meningkatnya penggunaan e-money di masyarakat beberapa tahun terakhir. Selain lebih efektif karena masyarakat tidak perlu membawa uang tunai dalam jumlah besar, penggunaan e-money juga dianggap lebih efisien karena mampu menekan biaya pencetakan dan distribusi uang,” ungkap Syarfi.

Demikian pula bagi rumah ibadah, sejak peluncuran hari ini, masyarakat sudah dapat memberikan sumbangan dana menggunakan e-money, karena sejumlah bank pelaksana di antaranya BNI, Bank Mandiri, BRI dan Bank Sumut, telah menyediakan peralatan baca elektronik (reader, red) untuk memperlancar transaksi pembayaran di masing-masing rumah ibadah. “Penggunaan e-money ini lebih efektif. Selain dapat dipertanggung jawabkan secara transparan dan akuntabel, juga dapat menghindari fitnah. Petugas rumah ibadah tidak perlu repot menghitung uang yang dihimpun melalui sumbangan masyarakat, karena dananya sudah terinput secara otomatis di rekening rumah ibadah yang bersangkutan,” tutur Syarfi seraya berharap akan terjadi pertumbuhan signifikan dalam penghimpunan dana bantuan sosial di seluruh rumah ibadah melalui e-money di Kota Sibolga.

Di kesempatan yang sama, Direktur Kantor BI Sumut Subintoro mengungkapkan, era globalisasi dan informasi yang didukung pesatnya teknologi berpengaruh signifikan terhadap sistem pembayaran non tunai, dan menuntut masyarakat bergerak cepat menyelesaikan berbagai urusan bisnis dan memeroleh kemudahan dalam pembayaran.

Maka, dibutuhkan instrumen atau alat pembayaran yang inovatif, praktis, aman dan efisien serta mudah digunakan yaitu e-money. BI memprediksi, tren pembayaran non tunai akan meningkat pesat di masa depan, sehingga perlu dilakukan tindakan antisipatif secara komprehensif.

e-money merupakan evolusi alat pembayaran, inovasi pembayaran menggunakan kartu telah berkembang menjadi bentuk yang lebih praktis. Nilai uang disetorkan terlebih dahulu dan ditanamkan ke media kartu, bisa digunakan berbelanja dan tak butuh rekening untuk menyimpan uang tersebut. “Ketika akan bertransaksi, instrumen kartu itu didekatkan ke alat baca elektronik (reader) yang dipasang di setiap merchant, kartu itupun berlaku sebagai alat bayar. Mekanisme itu disebut sebagai uang elektronik (e-money), salah satu inovasi teknologi pembayaran ritel,” bebernya.

Artinya, selain menggunakan uang tunai (uang kartal, red), masyarakat sudah dapat bertransaksi bisnis secara non tunai menggunakan uang elektronik (e-money). BI menilai, penggunaannya lebih efisien, dan mampu menekan biaya pencetakan dan distribusi uang kartal (uang kertas dan uang logam, red).

Mewakili tokoh agama, Hardi Virgo mengapresiasi kinerja Walikota Sibolga Syarfi Hutauruk, karena Kota Sibolga ditetapkan sebagai pilot project launching e-money di Indonesia. “Sebagai warga, kami sangat bangga. Ini merupakan sebuah kemajuan yang luar biasa,” ucap Hardi Virgo.

Usai acara launching di Vihara Buddha Sibolga, rombongan Wali Kota keliling ke rumah ibadah di Kota Sibolga, di antaranya Masjid Agung, Gereja Katolik Paroki Katedral St Theresia Lisieux Sibolga, GPIB Siloam Aek Parombunan, dan lainnya.   (hen/tim)

Bagikan :

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *