- Apel Siaga Pengawasan Jelang Pemilu 2024 di Kota Sibolga
- Peresmian Kampung Bahari Nusantara (BKN) Oleh TNI AL Sibolga: Sinergi TNI dan Masyarakat untuk Pembangunan Berkelanjutan
- Tirta Prima Medan Raih Juara Umum Perlombaan Renang Piala Wali Kota Cup II
- Perayaan HUT STIE Al-Washliyah Sibolga-Tapteng ke-93 Tahun
- FKUB Kota Sibolga Sukses Gelar Dialog Interaktif Lintas Agama
- Buka Kejuaraan Renang, Walikota : Kegiatan Ini Untuk Selamatkan Generasi Muda Kota Sibolga Dari Kontaminasi Penyalahgunaan Narkoba
- Pelaksanaan Seleksi PPPK Kota Sibolga: Komitmen Kota Sibolga dalam Pengembangan Sumber Daya Manusia
- DPRD Kota Sibolga Setujui Ranperda APBD TA 2024 dan 4 Ranperda Lainnya
- Pembukaan Pertisaka Angkatan XV Kota Sibolga Tahun 2023
- Wakil Wali Kota Sibolga Lantik 12 Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama di Lingkungan Pemko Sibolga
DIBANDINGKAN JUNI LALU, INFLASI SIBOLGA ALAMI PERBAIKAN
- Updated: 12 September 2013
SIBOLGA – Setelah mengalami inflasi tertinggi secara nasional yaitu sebesar 1,96 % untuk bulan Juni lalu, keadaan per Agustus tahun ini mengalami perbaikan cukup signifikan dimana Sibolga hanya mengalami inflasi sebesar 0,78% mtm (month to month). Angka ini sedikit lebih tinggi dari Sumatera Utara yang mengalami inflasi sebesar 0,52% mtm, tetapi lebih rendah dibanding inflasi nasional sebesar 1.12% mtm untuk bulan yang sama.
Uniknya, inflasi Kota Sibolga kali ini lebih besar disumbang oleh komoditas yang lazim dikonsumsi masyarakat untuk sarapan pagi, yaitu lontong sayur, sebagaimana diterangkan oleh Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sibolga, Yiyok T Herlambang, saat memimpin diskusi pendalaman potensi daerah dalam rangka pengendalian harga, Rabu (11/9).
“Berdasarkan data BPS Kota Sibolga, lontong sayur memiliki andil inflasi sebesar 0.2942%, disusul komoditas papaya 0,0883%, nasi 0,0819%, jeruk 0,0790%, teter 0,0679%, mie 0,0637% dan angkutan antar kota sebesar 0,0576%,” ungkapnya.
Dilaporkan, untuk Agustus 2013 ini, mayoritas kota di Sumatera Utara secara tahunan (year on year/yoy) mengalami inflasi, tertinggi di Kota Medan sebesar 9,35% yoy, disusul Sumatera Utara sebesar 9,21% yoy, Kota Pematangsiantar 9,18% yoy, sementara Kota Padangsidimpuan mengalami inflasi terendah sebesar 7,63% yoy disusul Kota Sibolga 8,19% yoy, dimana keduanya berada di bawah inflasi nasional sebesar 8,79% yoy.
Diskusi yang berlangsung di Kantor Bank Indonesia Sibolga tersebut dihadiri Asisten II Juneidi Tanjung, Kepala BPS Sibolga Rika Ventina, Kadis Kelautan Perikanan dan Peternakan Hendra Darmalius, Pimpinan Perbankan, dan sejumlah pengusaha.
Hal lain yang terungkap dalam diskusi itu antara lain bahwa hasil produksi perikanan di Kota Sibolga tercatat 54.880 ton/tahun dalam bentuk ikan segar, dimana 45.550 ton/tahun atau 83% dalam bentuk ikan segar di antaranya dijual ke luar daerah, sedangkan ikan yang diolah menjadi beragam produk turunan sebanyak 5.488 ton/tahun atau 10%, dan ikan segar untuk konsumsi lokal hanya 3.841 ton/tahun atau 7% saja.
“Fakta ini kemungkinan bisa menjadi penyebab harga ikan menjadi tidak terkendali (di Sibolga). Oleh karenanya, BI merekomendasikan kepada Pemerintah Kota untuk membuat aturan tentang tata niaga perdagangan ikan,” desak Yiyok. (gan)