Pemko Sibolga Bermitra Dengan USAID IWASH PLUS Untuk Peningkatan Akses Masyarakat Miskin Terhadap Air Minum Yang Aman Dan Sarana Sanitasi Yang Layak
SIBOLGA – Pemerintah Kota (Pemko) Sibolga bermitra Program USAID IUWASH PLUS (Indonesia Urban Water, Sanitation and Hygiene Penyehatan Lingkungan untuk Semua) untuk lima tahun ke depan setelah sebuah kajian tentang kondisi sektor air minum, sanitasi dan higiene dilakukan oleh tim USAID IWASH PLUS pada akhir bulan Agustus 2016.
Wash Technical and Institutional Advisor, Foort Bustaraan, menyatakan bahwa Program USAID IWASH PLUS akan membantu Pemko Sibolga meningkatkan jumlah capaian akses masyarakat untuk sektor air minum dan sanitasi. Secara khusus, masyarakat yang akan didukung adalah masyarakat di wilayah perkotaan yang berada di 40 % tingkat kesejahteraan terendah. Selain itu, program USAID IWASH PLUS akan berkontribuisi untuk membantu Pemerintah Indonesia dalam mencapai target akses universal pada tahun 2019. “Kemitraan ini adalah salahsatu bentuk perwujudan dari kemitraan strategis Indonesia yang telah ditandatangani oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Presiden Barack Obama yang kemudian dilanjutkan oleh Presiden Jokowi,” tambah Foort Bustraan.
“Kami berterimakasih atas dukungan yang diberikan oleh USAID Indonesia dalam membantu perbaikan sektor air minum, sanitasi dan higiene di Kota Sibolga. Berdasarkan studi EHRA oleh Dinas Kesehatan Kota Sibolga (2015), dari total 86.400 jumlah penduduk Kota Sibolga atau setara dengan 18.400 KK, masih terdapat 2,3% atau setara dengan 422 KK yang menggunakan cubluk atau lubang tanah dan 32,3% atau setara dengan 5.943 KK yang menggunakan tangki septik. Dari jumlah pengguna tangki septik itu, sekitar 20,5% atau setara dengan 1.218 KK tangki septiknya termasuk tidak aman. Berdasarkan data kebiasaan BAB, 2,8% orang dewasa masih BAB di selokan/parit/got, dan 5,5% BAB ke sungai/pantai/laut, dan 89,8% BAB pada jamban pribadi. Berdasarkan persentase kepemilikan saluran pembuangan air limbah (SPAL) di tingkat rumah tangga, sebesar 66,3% tidak memiliki SPAL dan akibatnya sebesar 33,8% mengalami genangan dan 50 % mengalami pencemaran karena SPAL ,” ujar Wali Kota Sibolga Drs. H.M Syarfi Hutauruk, MM.
Hasil studi EHRA (2015) tentang area berisiko air limbah domestik menunjukkan bahwa, pencemaran tidak aman karena pembuangan isi tangki septik sebesar 50 % dan pencemaran tidak aman karena SPAL sebesar 66,1 %. Untuk studi area beresiko sumber air, 90 % sumber air minum sudah terlindungi dan 10 % masih menggunakan sumber air beresiko tercemar untuk air minum dan memasak. Dilihat dari area beresiko perilaku higiene dan sanitasi, persentase yang tidak melakukan CTPS di lima waktu penting sebesar 74,8 %; lantai dan dinding jamban yang tidak bebas dari tinja sebesar 31,7 %; jamban tidak bebas dari kecoak dan lalat sebesar 31,5 %; penggelontor tidak berfungsi sebesar 26,8 %; sabun tidak terlihat di dekat jamban sebesar 18,2 %; wadah penyimpanan dan penanganan air sebesar 21,5 %; dan masih rendahnya perilaku BABS sebesar 40,8 %.
Wali Kota Sibolga Drs. Syarfi Hutauruk, MM menambahkan, bahwa saat ini akses air minum untuk 18.400 KK sudah mencapai 68%. Untuk tahun 2019, ditargetkan 90% KK sudah terlayani oleh sistem perpipaan dan 10% melalui BJP. Artinya, saat ini masih terdapat celah yang belum terlayani sebesar 22% atau setara 4.025 KK. Sedangkan untuk sektor sanitasi, 58 % KK sudah memiliki akses sanitasi. Dengan target 100 % KK di tahun 2019 sudah terlayani sanitasi, berarti ada sekitar 42% atau 7.685 KK yang masih belum memiliki akses sanitasi. Dengan kondisi ini, dukungan dari berbagai pihak termasuk program USAID IWASH PLUS sangat diharapkan untuk membantu masyarakat miskin di Kota Sibolga yang jumlahnya masih sekitar 10.570 jiwa. Hal ini sejalan dengan fokus dari program USAID IWASH PLUS, ucap Wali Kota.
Mohammad Yagi, Regional Manager USAID IWASH PLUS untuk regional Sumatera Utara, menyampaikan bahwa komitmen Pemerintah Kota Sibolga yang kami dapatkan selama proses kajian seleksi lokasi memantapkan kami untuk bermitra dan bersama-sama menyelesaikan permasalahan air minum, sanitasi dan higiene yang ada di Kota Sibolga. dengan resminya kemitraan ini, diharapkan program peningkatan akses sanitasi dan perubahan perilaku masyarakat dapat dilaksanakan untuk mencapai target Akses Universal untuk Air Minum dan Sanitasi di tahun 2019. (red)